Andaikan Anak ku Seperti Mereka
Bag II
Setelah di air
sembilankan kemudian, Ghufran mengambil kain kafan yang sudah siapkan, lalu, di
kapaskan pada tubuh uminya, kata Rasul,
“kapaskan oleh mu pada mayat pada 7 anggota sujud dalam shalat”, dua
pergelangan tangan, jidad, dua lutut, dua kaki sampai mata kaki.. sunat lag
i
kapas dihidung maka ketika sujud dalam shalat disunatkan hidung menyentuh
tempat sujud, kemudian di kedua tutut, selain itu tidak sunat dikpaskan pada
tubuh mayyit, jangan mengkapasi seluruh tubuh karena itu tidak ada dalam syariat.
Setelah selesai dikapaskan, maka pakaikan wewangian yang tidak bernajis yang
tidak mengandung unsur najis, kalau membeli produk parfum dipasaran kita bisa
cek pada logo “halal”, begitulah kata anak lelaki yang berwajah lembut serta
nyaman dipandang itu, si Ghufran”. Ujar bu molly.
Kemudian
bundanya dibalut dengan kain kaffan, lalu kain kafan di ikat pada lima bagian
tubuh, kenapa harus demikian?, dalam kitab fiqah dikatakan, sebagaimana shalat
5 waktu maka sunat di ikat pada 5 bagian tubuh pada kaffan si mayit, agar
manusia itu tidak lupa, akan kewajiban shalat yang lima, sebagai ingatan,
karena tujuan hidup itu ibadah dan penghulu ibadah adalah shalat, maka sunat
diikat pada tubuh jenazah itu 5 tempat dari kaki sampai kepala,
Setelah
selesai semua prosesnya, lalu kemudian Ghufran berkata sama pak imam kampung,
“Pak nek, tolong panggilkan beberapa anak muda, umi akan kita pindahkan keluar, ini semua sudah siap” kemudian
datanglah beberapa anak muda yang gagah dan tegap yang aslinya memang kawan
Ghufran dan sahabatnya Akbar sendiri. Merekapun dengan senang hati mendengarkan
setiap arahan dari sahabatanya. “uminya
tidak dimasukkan dalam peti jenazah, Cuma diletakkan diatas satu papan",
sambung bu molly{artinya dalam kuburan sudah dibuat liang, ditengah atau sisi
sebelah barat dalam lobang kuburan, lalu ditutup dengan papan} kata Ghufran
“kami (Dia, Akbar dan Nisa) memutuskan uminya dikebumikan dengan satu papan,
bukan karena tidak ada biaya, bantuan dr warga sekitar sini dan teman serta
guru nagjinya di pesantren pun jika di kumpulkan mungkin lebih dari puluhan
juta, bukan juga irit dan pelit, tapi itu lebih afdhal sesuai anjuran syariat,
agar tubuh kita lebih cepat kembali ke bumi, sebagaimana asal muasal manusia
dari tanah, maka kembalilah keasalnya,”.
ilustrasi shalat jenazah |
Kemudian
ghufran berkata sama pak imam “Pak nek, biar Ghufran saja yang mengimami shalat
janazah umi, Akbar dibelakang saya”. Pak imam menjawab “ Baik nak, tidak usah
minta ijin pun pak nek uda faham nak, memang anaknya lah yang paling utama
menshalatkan orang tunya, itu memang sudah begitu seharusnya, lebih-lebih
anaknya jauh lebih faham tentang ilmu yang begini dibandingkan kami” kemudian
Ghufran memberi aba-aba, “ tolong pak nek buat shaf ganjil”. Sampe dsitu bu
molly mulai sesugukan, bu molly bergumam, “oo ya Allah, alangkah beruntung
orang tua ketika mninggal anaknya sendirilah yang menshalatkan”, lalu bu molly
berkata lagi “aku sudah hidup bermewahan didunia ini, sudah sukses, semua yang
kami cari, sudah kami dapatkan sama mas
Bram, tapi ank2 kami nanti setelah kami mati, apakah mereka bisa seperti
ghufran, akbar dan nisa, si Mario jangankan menjadi imam, dlm bilangan makmum
pun dia tidak akan masuk, yakin saya,.. seharusnya kalau pun tidak mampu jadi
imam, jadilah makmum saja sudah cukup”. Kelihatan ada sesuatu yang dipikirkan
bu molly yang sangat mendalam, ya anaknya yg di chevron, presenter tv, yg
kuliah di ausie, tp mereka tdk akan bisa menolongnya nanti ketika sudah kembali
ketanah seperti dek mutia. Wajah orang tua 50 an tahun itu terlihat sedih. sepertinya
dia menyesal tidak bisa mendidik anaknya seperti Alghadzali dan Mutia sahabat
terbaiknya itu, ada rasa penyesalan di raut wajahnya.
“Awalnya Jenazah dek Mutia mau dishalatkan di
rumahnya, lingkungan pesantren tempat suaminya”, sambung bu molly, “tapi warga
kampung memintanya dibawa ke masjid, maka ada banyaaak banget yang datang
menshalatkan, laki2 dan perempuan.”
Maka
berdirilah pemuda santun Ghufran sebagai imam, lalu dibarisan shaf pertama ada
si penyabar Akbar, kemudian sampingnya ada para ulama yaitu Guru2nya Ghufran
dari pesantren samalanga, Gurun2ya Akbar dari Pesantren Labuhan Haji Aceh
selatan, kemudian sahabatnya sesama santri shaf ke 3 dan ke 4, shaf ke 5 murid2
santri dari pesantren ayahnya dan warga kampung sampai Shaf ke 7, di shaf wanita
ada si anak lugu, lagi sholeha berakhlakul karimah dex nisa, kemudian
sahabat2nya sampai 5 shaf, di perkirakan ada begitu banyak jamaah yang
mengantar kepulangan ketempat terakhir dengan shalat janazah, Siapa yang tidak
bahagia coba?
Pasti
bukan karena kekayaan, bukan pula kecantikan yang akan menjadikan kita banyak
dishalatkan orang, akhlakul karimah, budi pekerti, mu'asyarah yang baik dalam
berkawan, anak2 yang shaleh, sahabat2 yang alim, pergaulan dengan orang-orang
yang baik, itulah yang akan menolong kita saat sudah terbaring kaku.
Maka mulailah
Ghufran membaca niat, “Sahaja aku shalat atas jenazah umiku 4 takbir fardhu
kifayah sebagai imam karena Allah Ta’ala” Allaaahuakbar.. maka takbir pertama
dibaca Fatihah sampai selesai, kemudian takbir kedua di baca Shalawat atas
Rasul, “Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad hingga fil ‘alamina innaka
Hadun^majid”. Setelah Takbir ke 3 maka dibaca Allahummaghfirlaha (ya Allah
ampunilah dosa umi ku), warhamha (berilah rahmat, artinya kasihanilah selalu akan
umi ku ya Allah), wa ’aafihi wa’fu’anha (maafkan segala dosa yang disengaja
atau tidak semasa hidup umiku ya Allah), wa akrim nuzuulaha (ya Allah jadikan
kuburan umiku satu tempat yang mulia), wa wassi’ madkhalaha ( dan luaskanlah
kuburan umiku ya Allah), waghsilha bimaa-in wa salji wa baradi (cucilah
kesalahan umi ku dengan air es dan embun ya Allah) wa naqqihi minal khataaya,
kamaa yunaqqast tsaubul abyadhu minaddanasi (sebagaimana mencuci pakaian putih
dari kotoran), wa abdilha daaran khairan mindaarihi (ya Allah, gantilah rumah
umi ku dengan rumah yang lebih baik artinya lebih baik dari yg pernah ada di
dunia di dalam qubur dengan rahmat Allah), wa ahlan khairan min ahlihi
(gantilah keluarga umi dg keluarga yg lebih baik ya allah), wa zaujan khairan min
zaujihi, waqihi fitnatal qabri wa ‘adzaabannaar (hindarkanlah umi ku di fitnah
qubur dan azab neraka ya Allah), subhanallah... ada 3 orang anak yang mendoakan
kita dalam sholatnya, maka para malaikat akan bersujud mohon ampun sama Allah
dan tidak akan mengangkatkan wajahnya sampai Allah mengabulkan doa
itu..sungguh, beruntunglah orang tua yang memiliki anak seperti Ghufran, Akbar
dan Nisa. Anak-anak yang dibesar dengan asuhan yang benar, dengan jalan yang
lurus, pendidikan agama yang mantap, aqidah keTuhanan yang kuat. seperti inilah
hasilnya.
Setelah takbir
yang ke empat, Ghufran membaca dalam shalatnya, “Allahuma la tahrim na ajraha,
wa la taftinna ba’daha, waghfirlana wa laha (ya Allah janganlah engkau
meluputkan kami dari pahala umiku, dan janglah engkau menjadikan kamatian umiku
sebagai fitnah atas kami dan ampunilah kami beserta umiku ya Allah).
Kemudian dia mengucapkan salam,
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” (keselamatan beserta rahmat
Allah semoga tetap atas kamu sekalian).
Ghufran megatakan
sama Bu Molly saat beliau bertanya “apakah engkau tahu bunda, bahwa Allah
mengijinkan jenazah itu untuk menyaksikan siapa yang sedang menshalatkannya
ketika itu?, jika yang menshalakant itu ayahnya, anak-anaknya, suaminya,
suadara lelakinya, maka jenazah itu akan tersenyum, dan bahagia. Namun apa bila
bukan ruh mayit akan sedih ketika melihat siapa imam, "oo bukan anak ku,
kemana anak ku Ya Tuhan, bukankah aku mempertaruhkan nyawa ketika
melahirkannya, bersusah payah membesarkannya, lalu ruh mayyit itu mencari-cari
pada shaf yang kedua mungkin ada, klo pun bukan imam jadi makmum ia, ooo ya
Tuhan dimana anak2 ku, kenapa dia tidak ada pada shaf yang ini, kemudian ruh
itu terus mencari sampai shaf penghabisan, maka juga tidak ada, mulai dari saat
itu juga ruh itu sudah merasa azab, sakit, kecewa” dia telah melahirkan manusia
yang salah, bukan sebagia teman apalagi penolong stelah mati, tapi musuh yang
nyata, bitu kata Ghufran sambil dia merujuk pada kita tasawuf “khaisyfu
Ghaibiyah”, lagi-lagi bu molly mengusap air mata, dia mengatakan sama ibu
disamping saya “Rasanya, saya merasakan banget apa yang sedang dibicarakan
Ghufran ketika itu”. IBU di samping saya Cuma anggukkan kepala tanda dia
mengerti serta faham maksud bu molly dan dia sangat meresapi cerita yg jarang
didengarnya dan mahal ini.
Selesai
shalat, ghufran masih berdiri dan berdoa lagi, diantara doanya adalah seperti
ini Allahummaj'al Qabrahu Raudhatan Min Riyadhil Jinan (Ya Allah jadikanlah
Kubur umiku, sebagai sebuah kebun dari kebunnya surga) Wala Taj'al Qabrahu Hufratan Min Hufarinniran
(dan jangan engkau jadikan kuburan umiku sebagai satu lobang dari pada apui
neraka ya Allah) "DAN DIAMINKAN LAGI OLEH KETIGA ANAKNYA BESERTA TEMAN DAN
GURU2NYA YANG SALEH, bagaimana dik mutia tidak bahagia" kata bu
molly" lalu kemudian Ghufran mempersilahkan adiknya Akbar untuk
menyampaikan sepatah dua kata kepada jamaah, dia tidak mau monopoli, dia mau
ruh uminya bahagia melihat dek akbar yang menyampaikan ceramah kematian, dex
Akbar juga sudah sangat terlatih berbicara didepan umum, bahkan dulu ketika
menteri kesehatan RI beberapa waktu lalu mengujungi pesantren mereka, Akbarlah
yang mewakili para santri menyampaikan keluh kesah kepada ibu menteri yang
ketika itu masih bu Endang Rahayu Sedyaningsih. (sudah menjadi tradisi diaceh
kalau orang mninggal sebelum di antar kekuburan terlebih dahulu ada nasehat
singkat bagi para pelayat, sebagai reunungan dan ingatan)
Dek...Dik Akbar
sampaikan sedikit sambutan kepada jamaah dek, kata Ghufran, "baik
Bang" sahut adiknya !
Maka mulailah
Akbar membuka kata, para jamaah sudah mulai terharu, melihat Pemuda cerdas,
santun, lemah lembut bicaranya, tidak rusak pergaulannya, kini telah menjadi
yatim piatu, Akbar Syattilla nama lengkapnya, meski jenazah umi yang didepannya,
anak muda 21 th ini tetap tegar, imannya yang mantap keteguhan hati menatap
takdir, dia sudah terdidik untuk itu, mereka faham betul amanah nabi jangan
kalian menangis pada jasad mayyit,Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “mayat itu
diazab karena ratapan/tangisan nihayah keluarganya”. (Hadits Riwayat Muslim
dari Abdullah bin Abu Mulaikah, Shahîh Muslim, juz III, hal. 42, hadits no.
2188).
Majulah Akbar
kehadapan jamaah sekalian seraya dia mngucap salam, "Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh, segala jenis puji semua kembali kepada Allah,
shalawat dan salam atas penghulu kita nabi Muhammad SAW beserta Keluarga dan
sahabat beliau sekalian ila yaumiddin.
Saudara para guru yang saya muliakan para jamaah shalat janazah umi yang
saya kagumi, pada hari ini Allah Tuhan kita semua, telah menunjukkan bukti
kuasanya atas hambanya, saudaraku" sambung Akbar, "kematian adalah
haq, bahkan malaikat yang mencabut nyawa sekalian hamba, juga akan merasakan
mati jika sdh tiba masanya, karena itu sediakan bekal mu, kata Akbar,
"perjalanan kita jauh kedepan, ibarat kita saat ini sedang berada ditengah
pulau A dan suatu saat kita akan berangkat kepulau B, sementara Nahkota sudah
mengingatkan kita, berhati-hatilah, pulau ini penuh godaan dan kesenangan
jangan sampai engkau tergoda sehingga lupa akan tujuan mu, carilah bekal di
pulau ini,ingatlah bahwa engkau berada dipulau ini untuk mencari segala
keperluan dan kelengkapan yang akan dinikmati ketika berada dipalau B,kerena di
pulau B tidak ada apa pun yang engkau nikmati melainkan apa yang sudah engkau
bawa dari pulau A, dan NAHKODA kita tidak pernah mengumumkan kapan kita akan
diberangkatkan kepulau B, SUKA-SUKA NAHKODA saja, Maka celaka dan menyesallah
bagi mereka yang lalai dan tergoda, ketika kapal berangkat dengan tiba2 dia
tidak memiliki apa pun yang bisa dibawanya.
wahai saudara,
umi kami sama juga seperti kita semua, beliau ada makan, ada minum, ada
bergaul, ada bicara, ada salah ada benar, andaikata umi kami ada kesalahan baik
yang tersengaja maupun yang tidak tersengaja, melalui saya anaknya, saya
memohon dimaafkan pada hadirin sidang jamaah semua, apakah sudah dimaafkan?”
tanya Akbar, “sudah kami maafkan” sahut orang ramai, kemudian ada tetua kampung
yang sudah lebih tua dari kebanyakan orang kampung disana maju kedepan, “nak,
umi kalian manusia setengah malaikat, dia tidak banyak bicara, semasa hidupnya,
dia banyak menghabiskan waktu bersama kalian, setelah kalian dewasa dia bersama
alm ayah kalian (alm), jika pun dia keluar rumah itu pasti bersama ayah kalian,
jika pun berkumpul dia Cuma bicara yang penting, dia itu orang jawa yang sangat
berbeda (Ibu2 tua di Aceh biasa mengtakan orang jawa untuk yang mendiami palau
jawa, mereka tidak faham ada sunda, betawi dll). “Sadaqti ya ummie” kata Akbar.
Kata ghufran
sama bu molly, maka “ketika anak dari jenazah itu yang meminta maaf sama para jamaah, atau sama
orang-orang kampung, maka seolah2 uminya itu bangun datang meminta maaf sendiri
sama orang-orang itu”, ini adalah walidaini, shalihain yad'ulahu, itulah kelebihan anak
yg meminta maaf untuk orang tuanya. Demikan kata Ghufran sama Bu Molly.
Bu molly melanjutkan cerita, lalu Akbar menambahkan nasehatnya, bahwa “orang mninggal itu ibarat orang yang
sedang karam ditengah lautan, maka doa2 itu akan menjadikannya sebagai bantuan,
yaitu sebagai pelampung, maka durhakalah mereka yang orang tuanya sudah
ilustrasi orang tenggelam |
“Apakah kita ada dibumi ini langsung
jatuh dari langit, ataukah karena ada orang tua”, tanya akbar? Para jamaah
mulai menunduk “sudah sebegini besar kita, mungkin ada yang sudah menjadi
tokoh, pegawai pemerintah, kepala pemerintah, pegawai pemerintah, ada yang jadi
idola nasional, bahkan internasional, dikenali banyak orang, di idolakan jutaan
orang, dikagumi lawan jenis, tapi apakah engkau ingat orang tuamu sedang
tenggelam di sana ? apakah itu arti artinya sedikitpun bagi orang tua mu dlm
kubur sana?, apakah kita tidak malu dengan diri sendiri ? di kagumi jutaan
orang, tapi sama sekali tidak gunanya uat satu orang IBU kita, AYAH kita, maka
anak seperti apakah yang seperti ini?, apakah salah ibu mengandung ? jangan.. jangan
salahkan ibu, sungguh berat ibu mengandung, sungguh butuh kesabaran yang tinggi
untuk melatih anak agar bisa berjalan, bukanlah pekerjaan ringan membesarkan
anak2. Jangan karena kita lahir kebumi ini menjadikan orang tua kita semakin
disiksa karena dosanya sendiri ditambahlagi dosa-dosa kita. Jangan,,, jangan
begitu kita, lihat lah wajah ibu kita difoto, lalu berkatalah, apakah engkau
rela wajah ini disiksa ? sindiran Akbar mengingatkan bagi mereka yang lalai.
“Maka berbaktilah engkau kepada orang tau
mu selagi mereka masih hidup sampai mereka telah kembali kepadaNya. Wahai...
bagi kita, kamatian ini adalah pelajaran, kata Rasul “kaffa bi mauti wa ‘idza
linnas” memadalah mati ini menjadi penasehat bagi manusia”. Jika engkau
memperlakukan orang tua mu dari hidup sampai matinya dengan perlakuan yang mulia,
maka tunggulah anak mu juga akan meperlakukan mu demikian, kata nabi “Kama
Tuhhen, Tuhhan, ketika kita menghina orang tua, maka tunggu kita dihina anak kita nanti, kama Tukrin
Tukran, jika kita menghargai orang tau, tunggu anak kita menghargai kita, kama ‘uffen
‘uffan jika suka memaafkan maka tunggu juga dimaafkan orang”.
Kemudian darpipada
itu, Kami insya Allah akan mengadakan samadiyah (Tahlilan) di rumah ini,
dimulai dengan pembacaan ummul qur’an nanti malam sampai dengan hari ke 7, saya
mewakili keluarga memohon kesedian, ayah, ibu, guru, santri dan handai taulan,
jika ada kesempatan ringankanlah langkah ketempat kami ini, temanilah kami
disini”, sambung akbar
{Tentusaja tanpa
diminta pun warga kampung dengan kerelaan dan kesadaran masing diri pasti akan
datang berbondong-bondong mengingat mereka masih sangat Belia, sudah tak punya
siapa pun lagi, Ayah dan Uminya telah tiada. Dan ayah dan uminya pun termasuk
tamu dikampung itu, karena uminya asal Betawi ayahnya pun asli Aceh Pidie
mereka adalah perantau ditempat itu, Cuma warga kampung sudah menganggab mereka
sebagai keluarga dan kehadiaran keluarga itu laksana cahaya ditengah kegelapan
dikampung itu, Bapak Camat dan Kepala Desa langsung yang mengarahkan warga
kampung untuk melayani tetamu yang hadir sepanjang siang malam selama kenduri 7
harian. Begitu kata Bu Molly dalam cerita kepada temannya}.
Kemudian
setelah Akbar mengakhiri nasehatnya,, Ghufran meminta beberapa rakannya untuk
memikul jenazah uminya, maka berdiri didepan sisikanan, Ghufran, kiri Akbar
lalu di belakang mereka murid2 santri ayahnya. Maka pada waktu jenazah diangkat
ditaruh dibahunya maka Kata Rasul “idza waqa’atil janazatu wahtamal
rijalu....dst... yang maksudnya “apabila
jenazah diangkat oleh beberapa laki2 kemudian diletakkan dibahu mereka, inkana
shalih, apabila jenazahnya orang baik/orang shalih, lebih2 anaknya yang shaleh
dan shaleha yang ditinggalkan dubumi ini,mereka mulai dari yasinan, sampe wafat, dimandikan,
dikafankan semua dikerjakan oleh anaknya, belumlagi
jenazah dihantar orang ramai |
Namun
wa inkana ghairu shalih, dan jika jenazah itu orang jahat, ditinggalkannya pula
anak2 yang dhalim (panikmat dosa) pemabuk, penzina, pemerkosa, dzalim kepada
dirinya sendiri dan dzalim pula kepada hamba yang lain, dzalim kepada orang
tuanya, apalagi anak itu juga yang memikul jenazah, maka jenazah itu akan
mengatakan “ya ibni ayyina tazahabu biha, wahai anak lelaki ku, kenapa begitu
cepat kamu kuburin aku, kenapa tidak kamu tangguhkan mayat ku barang sehari
lagi, atau satu jam lagi atau satu menit lagi atau sedetik lagi.. tak usahlah
kalian cepat2 melangkah, pelan.. pelan.. pelan... kenapa orang jahat berkata
demikian ? karena mulai dari rumah simayat sudah diperlihatkan akan Kuburnya
yaitu satu lobang dari pintu menuju neraka, naudzbillah.. maka kerna melihat
itu, terkejutlah dia, ingin rasanya diperlambat menuju kesana. Tangguhkan walau
sedetik... {karena rasa azab setedik saja sungguh tidak terperi sakitnya}...
Mereka adalah
anak yang sahleh, mereka tau uminya wanita shaleha, Maka segeralah dibawa uminya,
sambil berzikir disetiap langkah, ada Ghufran, Akbar dan Nisa, yang senantiasa
tiada henti mulutnya berzikir dan pahalanya disampaikan untuk bundanya, maka
tibalah di tempat pekuburan, yang memang tidak berapa jauh dari rumahnya, yaitu
dilingkungan pesantren ayahnya, guhfran sudah bertekad akan melanjutkan profesi
ayahnya nanti,
“Nak, kenapa
kamu tidak menguburkan umi kalian ditempat banyak orang dimakamkan? tanya bu
molly sambil menyelidik, “Lingkungan pesantren adalah tempat menuntut ilmu
agama, setiap orang yang belajar dsini adalah Fisabilillah, maka ada rahmat
Allah setiap detik yang dilimpah kesini, dimana pun tempat agama, di lingkungan
Masjid, Mushalla, itu tempat2 yang baik, Cuma dipesantren setiap saat ada yang
belajar, setiap saat ada mengucapkan “Assalamu’alaikum Ya Ahlal Kubuurr... atau
seperti yang di ucapkan Rasul dalam
riwayat yang lain, “Assalamu’alaikum ya Darul Mukminin, Inna Nahnu Lahiqun”,
sejahtera atas kalian wahai ahli kubur, sejahtera atas kalian wahai negeri
orang mukmin, sesungguhnya tidak lama lagi kami juga kan mengikuti seperti
kamu”, kalau mungkin kami tidak sempat berkunjung, ada anak2 santri yang
berkunjung atau sambil mlintas mereka mengucapkan kalimat itu, maka
diringanjkan azabnya sekiranya dia orang jahat, yang di dalam kubur dan akan
ditambahkan rahmat sekiranya dia orang baik” itu jawaban ghufran. Apalagi ada
bacaan ayat Alqura’an, maka Ayat Alqur’an itu Rahmatan Lil ‘alamin rahmat bagi
seluruh alam, alam ruh, alam dunia, alam qubur, alam jin, alam manusia, semua
menjadi rahmat jika dibacakan ayat Al-qur’an, makanya kita disni sudah menjadi
tradisi kalau ada yang meninggal itu ada pengajian di quburannya selama satu
minggu, agar Allah menghindarkan mayat dari azab qubur dengan berkat ayat
Alqur’an. Ghufran menambahkan “bahwa dalam qubur itu ada dua azab, ada zab
qubur dan ada fitnah qubur, kalau azab qubur itu pertnyaan munkar wa nakir
marrabbuka, wa man naibiyuka, wa ma dinuka wa imamuka, wama qiblatuka, wama
ikhwanuka ?, para ulama mengatakan klo Azab qubur itu sampai 7 hari, ada yang
mengatakan sampai ketemu jum’at, jika meninggal hari senin maka 5 hari saja
kena azab jika berpegang pada pendapat yang kedua, sementara fitnah qubur itu
banyak hal yang dipersoalkan, kenapa tidak sholat, kenapa tidak menuntut ilmu, kenapa kamu
berzina, kenapa kamu tidak puasa, kenapa kmu makan hasil riba kenapa membunuh,
kenapa menipu, kenapa tidak taat, kenapa kamu somong, kenapa kamu tidak
menghargai pengemis, kenapa kamu pelit, bakhil, pelit dari bersedekah, kenapa
kamu bersumpah dengan membawa nama Allah padahal kamu bohong, kenapa kmu tidak menuntut ilmu yang menuju kepada
Alllah, kenpa memusuhi Muhammad Rasulillah macam2 persoalan yang akan
ditanyakan dan pertanyaan ini sampai kiamat, maka tergantung amal ibdahlah yang
akan menolong kita”, lanjut Ghuran
{Jika sejak
aqil baliqh sudah menjaga diri dari maksiat, akan selamat, atau bagi yang
berdosa tapi dosanya sudah di tutupi karena taubatan nashuhanya maka mereka
juga selamat. Coba kita lihat Imam An Nawawi Mujtahid Tarjih, beliau sampai
lupa menikah sangking lezatnya menuntut Ilmu Agama Allah. Ada juga Rabi’atu ad
adawiyah yang tidak mau menikah sangking takut cintanya terbagi anatara suami
dan Allah, Maka orang Shalih dan Shaliha seprti ini tentu akan mendapat kembali
yang layak indallah disisi Allah. Sesuai amalan, usaha dan disiplin dirirnya
dalam menjaga Amanah Allah dan Rasulnya}, subhanallah...
Ghufran juga
sempat bercerita bagaimana beraninya para ulama dan para orang shalih di dalam
qubur, bagaimana mereka begitu pede berdebat dengan malaikat mereka adalah
orang yang sejak baliq telah berdisiplin diri dengan aturan syariat yang
ketat., misal ghufran mencontohkan syeikh sibawaihi beliau adalah ahli ilmu
nahwu, segala kosa kata arab didunia ini beliau lah yang merumusnya, maka
ketika malaikat munkar wa nakir datang menjumpai syeick sibawaihi, bertanyalah
malaikat wahai jasad yang didalam qubur, marrabbuka...? syeick sibawaihi
menjawab, hai malaikat Allah, sebelum aku menjawab pertnayaan mu, aku mau
bertanya, Marrabuka itu terdari huruf Mim, Ra, Ba dan Ka, itu Mim Mim apa, Ra
nya Ra apa,? “Trus malaikat jawab apa” tanya bu molly, tentu saja malaikat
tidak bisa menjawab, karena malaikat tidak ada kewajiban menuntut ilmu nahwu,
maka kagetlah malaikat dengan pertnyaan seperti itu.. dan malaikat, mahluk
Allah yang tidak diajari segala ilmu, masing2 mereka memiliki tanggung jawab
dan tugas khusus, maka itu saja yang mereka lakukan. Kalau yang menyoal didalam
qubur maka tugasnya dari pertama sampai akhir ya seperti itu”. “Lalu dari mana
orang atau kalau syeik itu tadi bisa berdebat dengan malaikat, kan sudah
meningal ?
“Begini bunda, orang alim itu tidak sama
dengan kita, ada ilmu yang mereka miliki namun kita tidak sampai pada tingkat
ilmu itu, syeick sibawaihi itu setelah meninggal, lalu muridnya bermimpi ketemu
beliau dalam mimpinya itu muridnya bertanya, “wahai guru bagaimana engkau
melawati persoalan Munkar Wa nakir, maka SIBAWAIHI menjawab seperti itu tadi
dan mimpinya murid Syeikh Sibawaihi bukan mimpi ngigau, bukan juga mimpi
seperti kita, mimpi ulama salaf beda dengan kita, ketika Malik Bin Dinar mimpi
masuki Neraka, maka ketika bangun seluruh badannya melepuh, bgitu bunda, sampe
Malik Bin Dinar sepanjang hidupnya tidak pernah bisa tertawa lagi” kalau
ditanya orang kenapa engkau sudah tak bisa tertawa, bagaimana aku bisa tertawa,
sedang aku mimpi dilempar kedalam neraka saja seluruh badan ku melepuh,
bagaimana kalau dilempar benran, sejak itu beliau telah mewaqafkan hidupnya
hanya untuk ibadah dan ibadah..
“Hebatyah anak
pesantren seperti Ghufran dan Akbar” kata ibu disamping saya sama Bu Molly
Bersambung bag lll