Sambungan.....
Abu Daoed Beure'eh (imam) Bung Karno jadi makmumnya |
Apakah adil daerah yang telah mengobati ketika indonesia akan jadi
lumpuh, apakah wajar ketika para pejabat indonesia ini berlinang air mata, Aceh
datang mengusapnya lalu memberinya bantuan. Ternyata malah Sukarno begitu Represif ketika melawan gerakan DI/TII Pimpinan Abu Beure’eh, seharunya Sukarno malu
sebagai seorang pemimpin besar tapi ternyata dianggab seorang oleh kebanyakan orang Aceh, Sukarno mengirim TNI dalam jumlah besar untuk menumpas abu daoed Tahun 1953, padahal ABRI
ketika itu dana awalnya untuk membeli senjata Abu Daoed yang berikan sebesar
US$.50.000 hasil sumbangan orang Aceh, dimasa DI/TII ada ratusan orang Aceh tanpa tahu salah apa, dibaris
lalu ditembaki. sejujurnya DI/TII Abu Daoed itu tak akan pernah ada jika Sukarno tidak inkar janji, siapa yang salah, yang salah adalah yang berjanji
lalu mengingkari. Kararkter orang Aceh jelas, janji adalah utang dan utang wajib di bayar dan wajib pula ditagih. Apalagi beliau berjanji dengan Rakyat dan ulama Aceh sebagai jaminannya,
"Allah maha adil, Sukarno di kudeta Suharto 1966 dan meninggal dengan status sebagai tahanan rumah, Itu.. itu balasan menipu ulama, menipu orang yang tulus iklas membangun negeri ini, maka tidak heran jika sukarno juga di tipu Suharto dan mengakhiri hidup sebagai tahanan..ini kata tetua di Aceh yang menjadi saksi sejarah.
"Allah maha adil, Sukarno di kudeta Suharto 1966 dan meninggal dengan status sebagai tahanan rumah, Itu.. itu balasan menipu ulama, menipu orang yang tulus iklas membangun negeri ini, maka tidak heran jika sukarno juga di tipu Suharto dan mengakhiri hidup sebagai tahanan..ini kata tetua di Aceh yang menjadi saksi sejarah.
Ketika Rezim Suharto berkuasa, Aceh malah benar-benar diisolir, dikekang, dibatasi, semua media
diberedel, tidak boleh ada
Kebiadaban TNI di Aceh |
berita tentang operasi militer diAceh, sehingga aparat
dapat dengan bebas melakukan kekejaman melebihi Tentara israel tanpa ada yang memantau, banyak rumah di
bakar hanya karena di tuduh itu GPK tanpa butuh bukti apapun, tak ada hak untuk
membela diri, tak ada hak bantuan hukum, tak ada perlindungan, tak jarang ada warga di tembak hanya
karena pernah memberikan sebatang rokok untuk GPK (Gerakan Pengacau Keamanan)
istilah tentara, hal yang sepele dan tidak seimbang dengan penghilangan nyawa,
orang Aceh ketika itu khususnya dipedalaman tak ubahnya seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. TNI
yang tugasnya melindungi negara dari serangan musuh eksternal, justru
malah Didatangkan untuk membunuh orang Aceh dengan semena-mena. Seolah bagai dewa maut yang datang,
kehadiran tentara benar2 membuat rasa kebebasan berpendapat, kebebasan
berserikat dan berkumpul dll terkungkung, tak ada merdekas sebagai warga negara, intinya isi UUD 45 itu hanya omong kosong bagi orang
aceh. Tidak ada pengadilan yang ada hanyalah hukum peluru, hampir semua kampung wajib ronda malam dan jam malam diberlakukan, apanya yang dijaga ? jika di daerah lain ronda malam untuk memberi keamanan lingkungan, di di aceh poskamling itu untuk menjaga TNI dari serangan GAM, tak jarang TNI menjadikan warga sebagai tempat menumpah kekesalan jika ada anggotanya yang tewas atau tertembak, maka siap-siap warga mendapat pukulan, setiap hari pria remaja dan dewasa diwajibkan
ikut latihan ala militer, setiap warga membawa bambu runcing, yang
parahnya lagi setiap malam 17 Agustus para lelaki dewasa hampir tidak ada waktu
untuk tidur, menjaga pos kamling 24 jam. Tentara tidur warga disuruh jaga
bendera. Dan tidak sedikit tentara yang datang ke Aceh malah jadi perampok, pencuri, mereka
juga menebang kayu lalu dikirim lewat laut kesingapura, maka tak heran sepulang
dari operasi militer di aceh, kopral pun bisa hiup mewah, yaaah.. tergantung
berapa lama dia bertugas dia aceh, dan sejahat apa dia selama status DOM(Daerah
Operasi Militer) berlaku di Aceh 1989-1998. sadis dan biadab !! itulah kata
yang agak tepat untuk mengilustrasikan kekejaman militer indonesia di masa DOM
(berdasarkan laporan warga aceh saksi hidup)
lni bukan Perbuatan Israel, Ini Kerja TNI Di Aceh |
Sepanjang tahun 1976 – 2005 Ribuan orang Aceh telah mati di
bunuh aparat tanpa proses hukum, ribuan rumah dibakar, ratusan gadis perempuan
di perkosa, ada kampung di Pidie Jaya namanya kampung janda, karena semua
lelaki dewasa dibunuh TNI atas tuduhan GAM, tanpa ada proses persidangan. (kontras 2005).
Setelah soeharto dilengserkan 1998, kekuatan militer goyah, Jakarta
di guncang isu kudetanya Mayjen Prabowo Cs, Jend wiranto atas nama Panglima
militer minta maaf dan status DOM Aceh
Perlakuan TNI Di Aceh |
Dicabut, pasca penarikan tentara
besar-besaran, GAM menyusun kekuatan besar, beberapa prajurit terbaiknya
lulusan pendidikan Militer Libya satu persatu dipulangkan ke aceh untuk
merekrut dan melatih Pasukan, pasca DOM menjadikan Aceh go internasional,
ibarat istilah, habis gelap terbitlah terang, di masa DOM warga merasa sangat
terintimidasi, maka ketika Ribuan Tentara di tarik kebarak, sepertinya orang
aceh dapat bernafas lega, media mulai ramai memberitakan apa yang terjadi,
kuburan massal mualai terkuak, “the killing field by indonesian mlitery” tulis
salah satu judul berita internasioanl Reuters, bak seolah Aceh seperti provinsi
yang baru bergabung dengan indonesia, mata dunia dan nasional tertuju ke sana,
provisinsi yang selama ini sangat angker dan menakutkan, tempat Tentara belajar
membunuh, mulai ramai diperbincangkan, tak menyia-nyiakan pengaruh media, 1998 Mahasiswa
Bersama Rakyat menggelar referendum ACEH, kata Referendum menjdikan slogan
paling booming ketika itu, Aceh tak lagi minta Syariat islam, bukan lagi Hak
istimewa, tapi murni tuntutan merdeka, aceh sudah gerah, =/- 1 juta orang
berkumpul di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Amin Rais Ketua MPR
dan Gusdur sebagai Presiden RI berjanji akan memberikan apa yang menjadi
aspirasi rakyat Aceh menuntut Referendum, namun bak setali tiga uang dengan
pendahulunya amien dan Gusdur pun bersikap sama, sampai dijakarta gusdur
mengatakan tidak ada Referendum untuk aceh, bahkan Gusdur melakukan kunjungan
keluar negeri untuk menggalang dukungan negara eropa agar aceh tidak masuk
dalam sidang Umum PBB (lihat : KICK ANDY Gusdur bicara Metro Tv).
Amin Rais berjanji akan memperjuangkan Aceh jadi negara Federal
indonesia, tentu saja janji ini sangat dinantikan oleh Aceh, namun.. yaaa.... seperti
biasa tak janji munafiqun, sama saja semuanya. Lebih parah lagi dana titipan Sultan Brunei untuk Aceh pasca DOM sebesar US$ 2.000.000, itu dana pribadi
Sultan Hasanah Bolkiyah, sedekah beliau untuk orang Aceh untuk meringankan trauma
pasca DOM, malah diberikan kepada pengusaha oleh GusDUR, sakit bukan ?
Dan setelah kasus ini bergulir pula, Gusdur di impeach DPR, sampai Gusdur Lengser dari Istana. sebagian orang beranggapan ini adalah proses politik yang berusaha menjatuhkan Gusdur, namun bagi aceh, itu adalah "kutukan Allah" sebab Gusdur telah menyia-nyiakan amanah Sultan Brinei (Laporan
Pansus DPR RI tentang Kasus Dana Yanatera Bulog dan Kasus
Dana Bantuan Sultan Brunei Darussalam, 29 Januari 2001).
Dalam laporannya didepan DPR kala itu, Gusdur mengatakan bahwa dana sumbangan untuk Aceh sebesar US$ 2000.000,- Sudah ditransfer seluruhnya kebeberapa Rekening di Aceh, namun pada kenyataannya Dana Itu tidak diterima secara utuh oleh Rakyat Aceh, Pernyataan Gusdur yang sudah "mentransfer seluruhnya", sekaligus membantah pernyataan seolah dana Sultan Brunei bukan diberikan untuk Aceh semua.
Ketika Gusdur lengser, Megawati
menggantikannya. Megawati yang kerap disapa “Mbak
Mega” di Tanah Jawa merupakan Presiden ke-5 Republik Indonesia. Ia menduduki kursi kepresidenan 23 Juli 2001 dan berakhir pada 20 Oktober 2004. dalam pidatonya di Aceh ia berjanji ”Cut
Nyak Megawati di Tanah Aceh”, tapi rakyat aceh tidak pernah lupa. Dalam
meyambut kemenangan partai PDIP dalam Pemilu 1999 di tanah Aceh. Pada tanggal
30 Juli 1999 dihadapan sejumlah tokoh masyarakat dan ulama Aceh, Megawati
memekikkan suara dengan serak akibat linagan air mata melalui pengeras suara
berucap “Untuk rakyat Aceh,percayalah, Cut Nyak tak akan
membiarkan setetes pun darah tumpah di Tanah Rencong,”.Semua
rakyat Indonesia terkesima dan berdecak kagum atas pidato Megawati ini.
”Cut Nyak Megawati di Tanah Aceh” |
Ternyata faktanya menepati janji itu tak seindah
mengucapkannya. Setelah menjadi
Presiden Megawati lupa dengan jutaan
rakyat Aceh yang telah memilih dia dan partainya. Dari peraduannya di Istana
Negara Jakarta dengan semangat yang sama waktu mengucapkan janji didepan rakyat
Aceh, Megawati megirimkan 40 ribu pasukan ke Aceh dalam darurat Militer Aceh
.Ribuan nyawa bersimbah darah (bukan tetesan lagi) melayang dalam
darurat Aceh tersebut. Janji tinggal janji, kau yang berjanji kau yang mengingkarinya (kompas 2003).
Lagi-lagi Aceh dikecewakan, “Jih dan doe jih saban” Dia dan ayahnya sama saja.
Maksudnya sama – sama penipu, lalu siapakah lagi yang akan memberi janji
kemudian mengingkarinya ? tanya orang aceh.
Kekejaman TNI di Aceh mengalahkan kebiadaban Israel |
Kemudian indonesia dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kall (JK), baru di masa
SBY - JK, Aceh mulai ada sedikit perubahan, wibawa Aceh sebagai modal awal indonesia, mulai diperlakukan lebih terhormat oleh SBY meski tidak sepenuhnya, namun itu sudah jauh lebih baik, 26 Desember 2014 Tsunami menerjang
Aceh, 300 ribu jiwa melayang, ada Tentara, Poilisi, GAM dan rakyat biasa menjadi
korban, Tsunami menjadikan Aceh terkenal, status darurat militer era Mega Wati
belum di cabut di masa SBY, tentara internasional bergantian masuk Aceh, Aceh
yang masih DARMIL menjadikan SBY terpojok dimata dunia, wartawan
internasional mulai gencar memberitakan kepedihan Rakyat Aceh, Tsunami dan
DARMIL, bencana Alam dan bencana militer pemerintah Indonesia. Lengkap sudah
kepedihan Aceh !
Bersambung !!
Bersambung !!