Gagahnya
perjuangan Aceh tempo dulu membuat Belanda berpiikir ulang, Belanda membiarkan
Aceh mengurus sendiri kerajaannya yang memang sedari dulu tidak pernah mau
tunduk dan menyerah kalah dengan penjajah “kafir”, hal ini berbeda 360 derjat
dengan tetangga sebelahnya kaum Batak, yang bertekuk lutut lalu menyerahkan
kedaulatan Rajanya kepada Belanda. (id.wikipedia.org).
Raja Batak Menyerah |
Sejak Agresi Belanda ke – II Aceh menjadi daerah yang berdiri sendiri, tidak menjadi negara bagian jajahan Belanda,
Belanda pun menginginkan Aceh tidak ikut campur mempertahankan RI, karena RI sudah mereka
kuasai, sekiranya Aceh lewat abu daoed tidak mau gabung dengan indonesia, dan jika Radio Rimba Raya Aceh tidak mengabarkan
kepada dunia, bahwa Aceh masih ada, TNI Masih ada, Indonesia masih ada, sudah
tamat indonesia ini. Tidak akan ada lagi yang namanya indonesia. Jika aceh
ketika itu tidak mengakui bagian indonesia, Belanda sah menjajah indonesia
hingga entah kapan (Mohammad
Muis, Aceh Sepanjang
Abad, 1981)
Radio Rimba Raya
berperan sangat besar terhadap kelangsungan pemerintahan Republik Indonesia.
Pada saat itu Belanda telah menguasai ibu kota pemerintahan Indonesia. Dan
mengumumkan lewat radio Hilversum (milik Belanda) kepada dunia, bahwa Negara
Indonesia tidak ada lagi. Tapi dengan suara yang sayup lantang dari Dataran
Tinggi Tanah Gayo, Radio Rimba Raya membatalkan berita tersebut dan mengatakan
bahwa Indonesia masih ada. Siaran itu dapat ditangkap Jelas Oleh Sejumlah Radio Semenanjung Melayu (Malaysia), Singapura, Saigon (Vietnam), Manila (Filipina) bahkan Australia dan Eropa. Akhirnya, akibat
berita yang disuarakan itu, banyak negara dunia dengan serta merta mengakui
kemerdekaan Indonesia. Dan dengan ada berita yang disiarkan Radio Rimba Raya
merupakan pukulan “KO” bagi Pemerintahan Belanda. (http://id.wikipedia.org/wiki/Radio_Rimba_Raya)/ https://www.youtube.com/watch?v=UFLr3Ea-43s
Diakhir hayatnya sebelum meninggal 1984 beliau pernah ditanyakan, kenapa
bergabung dengan indonesia ketika itu (saat
aceh dibiarkan Belanda mengurus diri) Abu Daoed mengatakan “kita
sama-sama muslim, berjuang untuk mengusir kafir Belanda. Sungguh tidak iba
melihat saudara muslim kita dipulau jawa dan daerah indonesia yang lain
beribadah dalam keadaan yang tidak tenang karena negerinya ada penjajah,
sementara Aceh adalah suadara mereka, maka inilah alasan saya bergabung dengan
indonesia.” Jawaban polos seorang ulama yang lugu, jujur dan tidak
memiliki niat jahat politik. Ucapan yang dibenci Kebanyakan Rakyat Aceh saat
dan Belanda ketika itu.
Tipu Sukarno
“Jangan sampai ‘tipu Sukarno’ kembali terulang !” teriak Zaini Abdullah, di hadapan massa saat berkampanye untuk Partai Aceh di Pidie, Aceh, dalam pemilu legislatif, Minggu, 6 April 2014. Kritik keras ini jelas diarahkan ke Jakarta, yang disebut Zaini belum menuntaskan sejumlah ‘pekerjaan rumah’ hasil kesepakatan damai Indonesia-GAM di Helsinki, Agustus 2005. “Ini bukan penghinaan, tapi kenyataan,” kata Zaini di ruangan kerjanya, menjawab pertanyaan wartawan tentang pernyataannya itu. Istilah ‘Tipu Sukarno’ ini merujuk kepada kebijakan Presiden Sukarno yang dianggap ingkar janji untuk mengizinkan pemberlakuan otonomi khusus di Aceh. “Bung Karno saat itu tidak menunjukan komitmen beliau, yang sudah dijanjikan kepada almarhum Daud Beureuh. Makanya ketika Daud Beureuh tidak puas, terjadilah pemberontakan DI/TII, kata Zaini Abdullah Gubernur Aceh dengan kalimat tegas.
Tipu Sukarno
“Jangan sampai ‘tipu Sukarno’ kembali terulang !” teriak Zaini Abdullah, di hadapan massa saat berkampanye untuk Partai Aceh di Pidie, Aceh, dalam pemilu legislatif, Minggu, 6 April 2014. Kritik keras ini jelas diarahkan ke Jakarta, yang disebut Zaini belum menuntaskan sejumlah ‘pekerjaan rumah’ hasil kesepakatan damai Indonesia-GAM di Helsinki, Agustus 2005. “Ini bukan penghinaan, tapi kenyataan,” kata Zaini di ruangan kerjanya, menjawab pertanyaan wartawan tentang pernyataannya itu. Istilah ‘Tipu Sukarno’ ini merujuk kepada kebijakan Presiden Sukarno yang dianggap ingkar janji untuk mengizinkan pemberlakuan otonomi khusus di Aceh. “Bung Karno saat itu tidak menunjukan komitmen beliau, yang sudah dijanjikan kepada almarhum Daud Beureuh. Makanya ketika Daud Beureuh tidak puas, terjadilah pemberontakan DI/TII, kata Zaini Abdullah Gubernur Aceh dengan kalimat tegas.
(http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2014/05/140518_bincang_zaini_abdullah)
Perkataan
Zaini Abdullah yang kini sudah menjadi Gubernur Aceh, bukanlah simbol kebencian, Jakarta harus melihatnyabsebagai sebuah refleksi akumulasi kekecewaan masa lalu Aceh, sungguh sulit dibayang ketika begitu besarnya rasa Nasionalisme Aceh di balas dengan tipu-tipu oleh sukarno. Bayangkan ketika
indonesia sedang bangkrut dan baru selasai bangun dari mimpi, Rakyat Aceh
dengan iklas berkorban untuk indonesia. Pengorbanan yang belum pernah di
perlihatkan oleh daerah manapun. Aceh rela melepaskan kemerdekaannya demi
indonesia.
Menjelang masa - masa Akhir jabatan SBY sebagai Presiden, Beliau mengusulkan kepada DPR untuk membeli sebuah pesawat kepresidenan, namun apa yang terjadi Bapak Presiden
harus bolak - balik meyakinkan anggota Dewan Senayan, pemerintah harus
menyiapkan argumen, berfikir siang malam untuk meloloskan niat sang presiden,
saling debat pun di pertontonkan di Senayan, ada yang pro, namun banyak pula yang kontra alias tidak setuju.
Rupanya tidaklah mudah untuk membeli 1 (satu) pesawat kepresidenan itu, Lihatlah betapa
mahalnya harga sebuah pesawat kepresidenan, membeli satu saja untuk wibawa negara
dengan menggunakan dana APBN RI pula, Anggota DPR butuh waktu berbulan-bulan untuk
meloloskannya, Alangkan susahnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk bisa Meyakinkan
DPR yang notabene Koalisi Dia sendiri, kenapa ? mungkin rasa Nasioanalisme DPR
harus dipertanyakan lagi.
Lalu
bagaimana dengan Presiden Sukarno ?
Pesawat orang aceh, hasil sedekah |
Beliau memiliki Pesawat
kepresidenan, lemah,letuh dan lesu, padahal saat itu indonesia sedang bangkrut dan pincang, bahkan
didiagnosa bakal lumpuh, hanya dengan menangis didepan orang Aceh, anada tau ?
Hanya deang modal menangis seraya mengatakan Aceh adalah Modal Perjuangan Bangsa Indonesia, Sukarno berjanji pada 16 Juni 1948 bahwa Aceh akan diberi hak mengurus rumah tangganya sendiri sesuai syariat Islam, tidak perlu berdebat tidak pula butuh waktu berbulan-bulan, 4 pesawat itu di berikan, yaitu Seulawah RI-001 dan Dakota RI-002 yang dibeli di Singapura, Oktober 1948. Kemudian menyusul Dua pesawat jenis "Avro Anson RI 003 dan RI-004". Empat pesawat pemberian Aceh inilah yang menjadi armada pertama Indonesia yang dapat menembus blokade udara Belanda.
Hanya deang modal menangis seraya mengatakan Aceh adalah Modal Perjuangan Bangsa Indonesia, Sukarno berjanji pada 16 Juni 1948 bahwa Aceh akan diberi hak mengurus rumah tangganya sendiri sesuai syariat Islam, tidak perlu berdebat tidak pula butuh waktu berbulan-bulan, 4 pesawat itu di berikan, yaitu Seulawah RI-001 dan Dakota RI-002 yang dibeli di Singapura, Oktober 1948. Kemudian menyusul Dua pesawat jenis "Avro Anson RI 003 dan RI-004". Empat pesawat pemberian Aceh inilah yang menjadi armada pertama Indonesia yang dapat menembus blokade udara Belanda.
ini pesawat orang aceh mendarat dipadang, orang padang tidak beli pesawat |
Pesawat itu dibeli Bukan dengan dana APBN, tapi
pesawat itu di belikan dengan keiklasan, lewat sumbangan mulai dari Telur2 ayam, Sapi, Kerbau,
Kambing, Biri-biri, Lada, Pala, Beras orang miskin, sampai sumbangan Emas murni dari
pengusaha. Lalu, coba anda berfikirlah pakai hati, Mana.... mana yang lebih Nasionalis, antara DPR
RI sekarang vs RAKYAT ACEH ?
Kurang apa lagi keiklasan dan kesetiaan Aceh untuk Republik ini, mereka sudah memberikan SEMUA yang mereka bisa untuk Bangsa ini. Mereka sudah berkorban sampai titik kulminasi, dengan Doa, Darah, harta dan nyawa.
Kurang apa lagi keiklasan dan kesetiaan Aceh untuk Republik ini, mereka sudah memberikan SEMUA yang mereka bisa untuk Bangsa ini. Mereka sudah berkorban sampai titik kulminasi, dengan Doa, Darah, harta dan nyawa.
Aceh juga memberikan sebuah kapal yang berbobot 100 ton dengan
nomor registrasi PPB 58 LB kepada armada laut RI. Hingga 2013 Aceh masih tetap
mejadi penyumbang devisa utama bagi indonesia di susul Papua dan Sumatera Utara
(debat kandidat cagub sumut TvOne (25/02/2013). Tidak cukup itu Emas
yang dipajang di puncak tugu Monumen Nasional (Monas) Jakarta beratnya 38 Kg,
28 Kg di sumbangan dari salah seorang saudagar Aceh yaitu Teuku Markam, 10 Kg
lagi patungan pengusaha lain dari Medan hingga papua. Dia pun ikut membebaskan Tanah Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia. Bukan hanya
itu, oraganisasi dagang internasioanal pertama indonesia itu anak Aceh
mencetuskan pertama namanya ATC (Atjeh Trade Center), dan gedung bertingkat Tinggi pertama kali ada di Jakarta adalah Gedung Sarinah yang di bangun oleh Teuku Hamid Azwar
Putera Samalanga, Bireun Aceh sebagai kantor ATC (Tgk AK Jakobi, Peranan T. Hamid Azwar sebagai pejuang). Bahkan
cikal bakal nama ibu kota Jakarta pun dari Fatahillah, Beliau yang merebut pula yang merebut kembali Jakarta / Sunda Kelapa dari tangan Portugis. Fatahillah adalah Putra
dari kerajaan islam samudera Pasai Aceh yang merantau menyebarkan islam ketanah
Jawa (Empat dari
sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa berasal dari Samudra Pasai”.
(Lihat : “Kerajaan Islam Samudra Pasai TVRI” oleh: H. Rosihan Anwar, Harian
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 15 Maret 1988 halaman 4/Opini)..
Balasan
Indonesia untuk rakyat ACEH
Setelah Bung Karno berjanji "Aceh akan diberikan hak untuk mengurus pemerintahan sendiri dengan
kebebasan menjalankan syari’at islam seluas-luasnya", artinya khusus untuk Aceh, Pemerintah RI akan mengijinkan membuat undang-undang sendiri dengan hukum islam, dan Aceh tidak minta
merdeka, Cuma minta janjinya di penuhi, Tapi bukan menepati janji malah Aceh yang
dulu katanya daerah modal di tahun1953 malah di gabungkan menjadi bagian dari provinsi
sumatera utara, sepertinya sukarno ingin membuang jauh jasa Aceh bagi bangsa
ini, Aceh di jadikan sebagai bagian dari Sumatera Utara, seolah Bung Karno tau,
jika Aceh memiliki pemerintahan sendiri maka Aceh sah – sah saja memisahkan
diri dari indonesia. karena status Aceh adalah Negara Sambungan (succesor state) dari kerajaan Aceh sebelumnya, pernyataan BungKarno Tentu saja membuat Aceh berang, Sungguh
ini pengkhianatan, hanya pemimpin munafiq lah yang tega berbuat hal seperti itu,
dan itulah Sukarno dimata orang Aceh. Sesungguhnya Indonesia yang diproklamasikan Sukarno-Hatta 1945
sudah punah di tahun 1948. Aceh telah berjasa memperjuangkannya kembali. Lalu
apakah adil sukarno dan penerusnya menyakiti hati orang Aceh ?
Bersambung ke jilid lll
Sukarno ketika berjanji di Bireun |
Bersambung ke jilid lll