"Saiyid" adalah bahasa arab yang artinya 'Penghulu"
"Saiyidina" berarti penghulu kita
Penghulu adalah yang dimuliakan dalam suatu kelompok manusia dan orang yang dijadikan ikutan dan pimpinan dalam segala urusan.
Kalau kita katakan bahwa Nabi Muhammad SAW. Penghulu kita, maka itu berarti beliau adalah manusia yang paling kita muliakan, kita hormati, kita junjung tinggi dan yang kita jadikan pimpinan dan ikutan lahir batin, dunia akhirat.
kalau kita ucapkan 'saiyidina Muhammad' maka berarti bahwa kita memulyakan beliau sebaik-baiknya dan mengangkat derajat beliau setinggi - tingginya, sesuai dengan kedudukan beliau yang sebenarnya.
HUKUM DALAM MAZHAB SYAFI'I
seluruh kitab fiqih yang mu'tamad dalam mazhab syafi'i mengatakan bahwa mengatakan sayyidina sebelum membaca nama nabi Muhammad Saw dalam shalawat adalah afdhalu, lebih baik karena hal itu berarti menghormati dan memuliakan Nabi Saw.
Diterangkan dalam kitab Nihayatul Muhtaj karangan ulama besar Syeh Syamsyuddin Ar Ramli, salah satu kitab fiqih yang mu'tamad yang dipegang teguh dalammazhab syafi'i, sebagai berikut.
dan yang lebih afdhal menambah lafazd "saiyidina" sebagai dikatakn ibnu zahirah dan yang di katakan sejelas-jelasnya oleh sekumpulan ulama dan juga di fatwakan oleh pengarang kitab ini (nihayatul muhtaj) karena menambahkan kata "saiyidina" itu dalam shalawat kita sudah mengerjakan perintah nabi dan pula telah mengucapkan yang benar yaitu berbicara secara sopan dan beradab. membaca "saiyidina" lebih afdhal daripada tidak.(Nihayatul Muhtaj l Hal 509).
Dan masih banyak dalam kitab-kitab yang lain
kitab sa' datut durain - hal 11
Qaliyubi l hal 167
Hasyiyah tuhfah l hal 368
i'anatut thalibin 1 hal 169 (kitab ini adalah salah satu qitab fiqh mazhab syafi'i yaitu kitab untuk mensyarah kitab Fathun mui'n karangan Malibariy, Kitab ini di pakai dalam pelajaran fiqih di pesantren-pesantren seluruh indonesia.
dll.
Dalam kitab Hasyiyah Tuhfah karangan "Allamah Ibnu Qashim al 'Ubbadi
Dan memegang teguh syeh jalaluddin al Mahli akan fatwa yang menyatakan bahwasanya yang lebih afdhal adalah menambahkan 'saiyidina" .Fatwa ini di uraikan panjang lebar oleh beliau, tetapi bukan dalam kitabnya Syarah Minhaj. Adapun hadist hadis yang menyatakan "jangan kamu bersaiyyidina kepadaku dalam sembahyang" adalah hadis munkar yang dibuat-buat yakni, maudhu'. (hasyiyah Tuhfah 1 Hal - 368 ).
Dari keterangan Al 'uBbadi ini ternyata bahwa Syeh Jalaluddin Al Mahli memfatwakan membaca "saiyidina" adalah afdhal dan hadis yang mengatakan 'jangan bersaiyidina kepadaku dalam sembahyang' adalah hadis maudhu' yaitu hadis yang di buat-buat oleh pembohong.
wallahu'alam
di tulis akhifa danie
dari berbagai sumber Kitab Muktabar