Kisah
Mengharukan Abu Yazid Al Busthami Berbakti Kepada Ibunya dan disiplinnya dalam
menuntut ilmu.
Sejak dalam kandungan ibunya, konon kabarnya Abu Yazid telah mempunyai kelainan. Ibunya berkata bahwa ketika dalam perutnya, Abu Yazid akan memberontak sehingga ibunya muntah kalau menyantap makanan yang diragukan kehalalannya.[2] pernyataan si ibu di benarkanoleh Abu Yazid sendiri. Kepada abu yazid seseorang bertanya, ‘apakah yang terbaik bagi manusia di atas dunia ini ?”
“Kebahagiaan yang merupakan bakat sejak lahir” jawabnya.
“jika kebahagian seperti itu tidak ada
?“
“sebuah tubuh yang sehat dan kuat”.,
jika tidak memiliki tubuh yag sehat dan kuat ?
“pendengaran yang tajam”. Jawab Abu
Yazid
‘jika tidak memiliki pendengaran yang
tajam ?”
“Hati yang mengetahui”.
“jika tidak memiliki hati yang
mengetahui’?
“mata yang melihat”.
“jika tidak memiliki mata yang
melihat?”
“Lebih baik mati saja”
Setelah sampai waktunya, si ibu mengirim Abu
Yazid ke sekolah . Abu Yazid mempelajari Al Qur'an Suatu kali gurunya menerangkan
suatu ayat dari surat Luqman yang berbunyi : “Berterima kasihlah kepada Aku dan
kepada kedua orang tuamu”. Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Ia
kemudian meletkakan batu tulisnya dan berhenti belajar kemudian berkata pada gurunya.. “Guru ijinkan aku
pulang ada yang hendak ku katakan kepada ibuku”. Sikapnya ini menggambarkan
bahwa ia selalu berusaha memenuhi setiap panggilan Allah. Sang guru memberinya izin.
Abu Yazid lalu pulang ke rumahnya. Ibunya menyambut dengan kata-kata ;
“Thaifur,3 mengapa engkau
sudah pulang ? apakah engkau mendapat hadiah atau adakah kejadian sesuatu yang
istimewa ?”
“Tidak”, jawab Abu Yazid. “Pelajaranku sampai pada ayat
dimana Allah memerintahkan agar aku berbakti kepadan-Nya dan kepada Mu, tetapi
aku tidak dapat mengurus dua buah rumah dalam waktu bersamaan. Ayat ini sangat
menyusahkan hati ku. Mintalah diriku ini kepada Allah sehingga aku menjadi
milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Allah semata sehingga aku dapat
hidup untuk dia semata-mata”.
“Anakku,” jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Allah dan
ku bebaskan engkau dari segala kewajiban mu terhadapku, pergilah engkau dan
jadilah seorang hamba Allah.”
Di kemudian hari Abu Yazid Berkata “kewajiban yang semula ku
kira sebagai kewajiban yang sepele ternyata menjadi kewajiban yang paling
utama, yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibu ku. Di dalam berbakti kepada
ibuku itulah ku peroleh segala sesuatu yang kucari. Yakni segala sesuatu yang
hanya bisa dipahami lewat tindakan, disiplin diri dan pengabdian kepada Allah,
kejadiannya Adalah sebagai berikut :
“Malam itu udara terasa sangat dingin, kendi itu tetap dalam
rangkulan ku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang aku bawa itu kemudian
memberkati diriku. Kemudian terlihatlah oleh ku betapa kendi itu telah membuat
tangan ku kaku.”
Mengapa engkau masih tetap memegang kendi itu ?” tanya ibu
“Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena.” Sahut ku. Kemudian ibu berkata kepada ku “Biarkan pintu itu setengah
terbuka”.
“Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam
kedaan terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibu ku. Hingga akhirnya
fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering ku lakukan berkali-kali.”
Setelah itu ibunya memasrahkan anaknya kepada Allah, Abu
Yazid meninggalkan Bustham merantau dari satu negeri ke negeri yang lain selama
30 tahun. Dan melakuan displin diri dengan terus menerus berpuasa disiang hari
dan bertarikat sepnjang malam.
Ia belajar
dibawah bimbingan seratus tiga puluh guru spiritual. Dan telah memperoleh
manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Dan diantara guru-gurunya
itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk di
hadapannya, tiba – tiba sadiq berkata kepadanya:
“Abu Yazid, ambilkan buka yang di jendela itu !”
“Jendela ? Jendela mana ?” Tanya Abu Yazid.
“telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah
melihat jendela itu ?”
“Tidak”, jawab Abu
Yazid. “Apakah peduli ku dengan jendela. Ketika menghadap mu, mata ku tertutup
untuk hal-hal yang lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu
yang ada disini.”
“jika demikian, kembalilah ke Bustham ! pelaran mu telah
selesai”. kata sang guru.
Abu Yazid
ketika mendengar bahwa di suatu tempat ada seorang guru besar, dari jauh ia
akan datang untuk menemuinya namun ketika sudah dekat ia menyaksikan betapa
guru yanng termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah, karena itu ia segera
memutar langkahnya. Dalam hatinya Abu
Yazid berkata “jika memang dia telah memiliki semua kemajuan ilmu dari jalan Allah, niscaya ia tidak akan
melanggar hukum seperti yang telah dilakukannya. Ia berkata mengenai Guru tadi.
Demikianlah seorang ulama besar untuk mencapai derajat keilmuannya beliau tentu
telah melewati ujian dan tantangan yang begitu berat. Dan beliau adalah salah
satu ulama sufi golongan salaf yang sangat masyhur. Lihatlah bagaimana beliau
disiplin dalam belajar.
Semoga bermanfaat dan menjadi isnpirasi bagi kita baik dalam
berbakti kepada ibu dan dalam hal disiplin menuntut ilmu, moga saja beliau
dapat menjadi teladan yang baik’.
Aamiin !
by Akhifa Danie
[1] Fariduddin Al-’Aththar, Warisan Para Auliya’, Pustaka,
Bandung, 1983, hlm. 128.
[2] Ibid, hlm. 129
[3] Panggilan Abu Yazid Oleh Ibunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar