• BERBAKTI PADA IBU

    Kisah Mengharukan Abu Yazid Al Busthami Berbakti Kepada Ibunya dan disiplinnya dalam menuntut ilmu.

    Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Surusyan al-Bustami, lahir di daerah Bustam (Persia)
    tahun 804 – 874 M. nama kecilnya adalah Taifur. Kakeknya bernama Surusyan, seorang penganut agama Zoroaster, kemudian masuk dan memeluk agama Islam di Bustam. Keluarga Abu Yazid termasuk berada di daerahnya, tetapi ia lebih memilih hidup sederhana.[1]
               Sejak dalam kandungan ibunya, konon kabarnya Abu Yazid telah mempunyai kelainan. Ibunya berkata bahwa ketika dalam perutnya, Abu Yazid akan memberontak sehingga ibunya muntah kalau menyantap makanan yang diragukan kehalalannya.[2] pernyataan si ibu di benarkanoleh Abu Yazid sendiri. Kepada abu yazid seseorang bertanya, ‘apakah yang terbaik bagi manusia di atas dunia ini ?”
    “Kebahagiaan yang merupakan bakat sejak lahir” jawabnya.
    “jika kebahagian seperti itu tidak ada ?“
    “sebuah tubuh yang sehat dan kuat”., jika tidak memiliki tubuh yag sehat dan kuat ?
    “pendengaran yang tajam”. Jawab Abu Yazid
    ‘jika tidak memiliki pendengaran yang tajam ?”
    “Hati yang mengetahui”.
    “jika tidak memiliki hati yang mengetahui’?
    “mata yang melihat”.
    “jika tidak memiliki mata yang melihat?”
    “Lebih baik mati saja”
    Setelah sampai waktunya, si ibu mengirim Abu Yazid ke sekolah . Abu Yazid mempelajari Al Qur'an Suatu kali gurunya menerangkan suatu ayat dari surat Luqman yang berbunyi : “Berterima kasihlah kepada Aku dan kepada kedua orang tuamu”. Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Ia kemudian meletkakan batu tulisnya dan berhenti belajar  kemudian berkata pada gurunya.. “Guru ijinkan aku pulang ada yang hendak ku katakan kepada ibuku”. Sikapnya ini menggambarkan bahwa ia selalu berusaha memenuhi setiap panggilan Allah. Sang guru memberinya izin. Abu Yazid lalu pulang ke rumahnya. Ibunya menyambut dengan kata-kata ;
    “Thaifur,3 mengapa engkau sudah pulang ? apakah engkau mendapat hadiah atau adakah kejadian sesuatu yang istimewa ?”
    “Tidak”, jawab Abu Yazid. “Pelajaranku sampai pada ayat dimana Allah memerintahkan agar aku berbakti kepadan-Nya dan kepada Mu, tetapi aku tidak dapat mengurus dua buah rumah dalam waktu bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hati ku. Mintalah diriku ini kepada Allah sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Allah semata sehingga aku dapat hidup untuk dia semata-mata”.

             “Anakku,” jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Allah dan ku bebaskan engkau dari segala kewajiban mu terhadapku, pergilah engkau dan jadilah seorang hamba Allah.”
    Di kemudian hari Abu Yazid Berkata “kewajiban yang semula ku kira sebagai kewajiban yang sepele ternyata menjadi kewajiban yang paling utama, yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibu ku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah ku peroleh segala sesuatu yang kucari. Yakni segala sesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan, disiplin diri dan pengabdian kepada Allah, kejadiannya Adalah sebagai berikut :
    “Malam itu udara terasa sangat dingin, kendi itu tetap dalam rangkulan ku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang aku bawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah oleh ku betapa kendi itu telah membuat tangan ku kaku.”
    Mengapa engkau masih tetap memegang kendi itu ?” tanya ibu
    “Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena.” Sahut ku. Kemudian ibu berkata kepada ku “Biarkan pintu itu setengah terbuka”.
    “Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam kedaan terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibu ku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering ku lakukan berkali-kali.”
    Setelah itu ibunya memasrahkan anaknya kepada Allah, Abu Yazid meninggalkan Bustham merantau dari satu negeri ke negeri yang lain selama 30 tahun. Dan melakuan displin diri dengan terus menerus berpuasa disiang hari dan bertarikat sepnjang malam.
                    Ia belajar dibawah bimbingan seratus tiga puluh guru spiritual. Dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Dan diantara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk di hadapannya, tiba – tiba sadiq berkata kepadanya:
    “Abu Yazid, ambilkan buka yang di jendela itu !”
    “Jendela ? Jendela mana ?” Tanya Abu Yazid.
    “telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah melihat jendela itu ?”
    “Tidak”,  jawab Abu Yazid. “Apakah peduli ku dengan jendela. Ketika menghadap mu, mata ku tertutup untuk hal-hal yang lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada disini.”
    “jika demikian, kembalilah ke Bustham ! pelaran mu telah selesai”. kata sang guru.
                    Abu Yazid ketika mendengar bahwa di suatu tempat ada seorang guru besar, dari jauh ia akan datang untuk menemuinya namun ketika sudah dekat ia menyaksikan betapa guru yanng termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah, karena itu ia segera memutar langkahnya. Dalam  hatinya Abu Yazid berkata “jika memang dia telah memiliki semua kemajuan  ilmu dari jalan Allah, niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang telah dilakukannya. Ia berkata mengenai Guru tadi. Demikianlah seorang ulama besar untuk mencapai derajat keilmuannya beliau tentu telah melewati ujian dan tantangan yang begitu berat. Dan beliau adalah salah satu ulama sufi golongan salaf yang sangat masyhur. Lihatlah bagaimana beliau disiplin dalam belajar.
    Semoga bermanfaat dan menjadi isnpirasi bagi kita baik dalam berbakti kepada ibu dan dalam hal disiplin menuntut ilmu, moga saja beliau dapat menjadi teladan yang baik’.
    Aamiin !

    by Akhifa Danie
    [1] Fariduddin Al-’Aththar, Warisan Para Auliya’, Pustaka, Bandung, 1983, hlm. 128. 
    [2] Ibid, hlm. 129

    [3] Panggilan Abu Yazid Oleh Ibunya
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Pembaca Hari Ini

Cari Artikel Disini

Apakah Menurut Anda Jokowi - JK Sudah Menepati Janjinya Seperti Apa Yang Dijanjikan dimasa Kampanye

islam dan muslim

Allah berfirman :
ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا اتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ Ø­َÙ‚َّ تُÙ‚َاتِÙ‡ِ Ùˆَلا تَÙ…ُوتُÙ†َّ Ø¥ِلا ÙˆَØ£َÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُسْÙ„ِÙ…ُونَ
Dan janganlah Kamu Mati Kecuali Dalam Keadaan Muslim / Beriman !
itu janji muslim yang harus dipegang kuat-kuat.